Puisi : Gugurnya Sang Penari
Sekeping bulan
Bertengger di balik ranting kering
Memancarkan cahaya menyapu dedaunan
Sisa-sisa air hujan seperti kristal
Bergelantungan di ujung-ujung daun tak bertulang
Penari memasuki taman bunga baiduri
Hasil budidaya seseorang yang biasa dipanggil mami
Penari terkurung dalam sarang penuh mucikari
Menari di antara semak-semak belukar
Menyusup di balik keringat kumbang jalang dan binatang liar
Tak ada celah untuknya bersembunyi
Apalagi lubang untuk menyelinap pergi
Tubuhnya terlilit seutas tali
Dari pusar iblis yang menjaga neraka
Tempat para pemuja mencari bejana
Untuk menuangkan saripati dari benih yang tersia-sia
Membelah belantara dan menyisir rawa-rawa
Lalu masuk ke dalam lorong kegelapan
Terjepit di antara batu-batu cadas yang mengeras
Menggelepar lalu melemas
Seonggok jasad mulai rapuh
Bergeming dalam kelam berkabut
Keletihan telah membawanya pada batas waktu
Layu, terkapar di ujung kaki bumi
Tanpa belas kasih dan harga diri
Penari tak sanggup lagi mengepakkan gemulai tangannya
Menantang kumbang-kumbang liar yang siap menghisap madu
Menancapkan duri-duri tajamnya menghujam ulu
Mendengarkan lenguh panjang kepuasan setelah bercumbu
Penari terpental bagai peluru tak terkendali
Penari tercampak bagai nyayian tak bermelodi
Sekeping bulan, perlahan bergerak pergi
Meninggalkan ranting kering dan daun-daun tak bertulang
Terpelanting bersama gugurnya sang penari.
Gimana sobat blogger ? tadinya sih, ingin judul post ini yaitu Raungan hati. cuma Imaginasiku lebih jelas menggambarkan sang penari yang terjatuh.
oke, Selamat menikmati Sajak Pilu ini See You Next Time :)
0 komentar:
Posting Komentar