Puisi [2]
Hi sobat Blogger, Tadi saya habis berkunjung ke Blog-Blog penulis dan ada satu Cerpen - Puisi yang membuat saya terkagum-kagum. hemm.. kalian patut membacanya, seru loh :)
Sebelumnya saya sertakan Credit dulunya untuk menghormati sang Publish dan si penulis :)
Cerdit to Blog.gagasmedia.net
Penulis Ambar Sriwulan M
Pagi selalu sejuk, mendamaikan jiwa,
Siang selalu cerah, sinarmu yang menemaniku,
Bukan panas yang menerpa, tapi cinta yang kurasa,
Malam kini kian menjelang, bukan ketakutan menghantui, tapi tentram yang kurasa,
Seperti adanya dirimu disisiku,
Saat ku bersedih, bukan sesak, tapi, senyum yang ada,
Saat ku gundah, bukan risau, tapi, damai dalam jiwa,
Saat aku menghadapi suatu kegagalan, bukan keputusan asaan, tapi semangat yang muncul,
Saat aku bersiap menghadapi semua kenyataan yang selama ini aku pendam, bukan galau,
Tapi kenyakinan yang mendalam untuk terus maju dalam kejujuran yang selama ini aku sembunyikan,
Ganesh...
Buat anak-anak satu sekolahan, gue cuma mau jujur aja sama elo semua. Kalo selama ini, gue udah jadian sama TERA (Terani Mahesa), atau sering elo pada kenal dengan sang ketua mading. Terus yang puisi kemarin, itu puisi gue dan itu di tujukan untuk TERA. Dan gue harap, elo semua nggak ngebuat-buat gosip nggak bener lagi.
Itulah yang terpasang di mading utama dekat ruang guru. Anak-anak yang ngebacanya, langsung pada kaget banget. Dan langsung pada nggak percaya.
“TERA?!” panggil seorang cewek yang terburu-buru menghampiri. Rachel.
“Elo jadian sama Ganesh?”
“HAH?!” ucap Tera nggak percaya. “Maksud elo?”
“Elo lihat aja di mading!” ucap Rachel sambil menunjuk ke arah mading utama. Tera pun langsung lari melihat ke arah yang di tuju. Dia mulai membaca apa yang terpasang di mading utama.
“Apa bener, ini perbuatan Ganesh?” tanya Tera dalam hati.
“Dia lagi waras nggak sih?” tambahnya lagi.
“Jadi bener?” tanya Rachel mendesak.
Tak menjawab, Tera langsung ke kelas Ganesh.
“Ganesh?!” ucapnya yang mengagetkan anak-anak yang berada di kelasnya Ganesh.
“Ganeshnya belum ke kelas,” ucap salah satu diantara mereka. “Kenapa? Elo kangen ya?”
“CIE...” ucap anak satu kelas. Tera pun langsung kabur ke tempat Ganesh biasa berada, gedung belakang sekolah.
“Ganesh,” panggil Tera.
Tapi, Ganesh nggak ada. Cuma ada sepucuk surat yang tertempel di dinding yang udah lusuh. Terlihat, ada nama Tera di situ. Tera pun langsung membuka dan membacanya.
Dear Tera,
Mungkin, elo nganggap gue udah gila dengan memaparkan semua rahasia. Tapi, gue nggak mau, kalo ini di sembunyiin terus. Gue mau kejujuran yang ada dalam hidup gue. Gue udah cape main sembunyi-sembunyian terus sama orang lain. Dan satu hal lagi, gue nggak peduli, orang-orang bilang apa tentang kita. Memang kita berbeda, dan perbedaan itu yang ngebuat gue takut selama ini, tapi, gue yakin, kalo gue jujur sama kehidupan gue, gue bakal ngerasa nyaman.
Sekarang, terserah elo mau nerbitin puisi gue atau nggak. Yang pasti, gue bakal tetep nulis puisi buat elo. Dan cuma elo yang bisa ngebuat hidup gue kayak gini.
Thanx..
Ganesh...
Baca Tera dalam hati. Matanya mencari seseorang yang dia yakin, pasti orangnya masih berada disitu.
“Gue yakin, elo cuma ngumpet kan?!” ucapnya, rada teriak.
“Keluar, Nesh!” tambahnya.
Terlihat, sosok Ganesh yang keluar dari tempat persembunyiannya. Tera menghampiri dan langsung memeluknya.
“Elo nggak marah kan?” tanya Ganesh. Tera hanya menggeleng dalam pelukan Ganesh. Terlihat senyuman di bibir Ganesh.
“Jadi bener, elo berdua pacaran?!” ucap seorang cewek yang berada diantara orang-orang yang pada penasaran dengan kejadian yang menimpa satu sekolahan, Rachel.
Tera dan Ganesh langsung melepaskan pelukannya dan melemparkan senyuman ke arah anak-anak yang pada ngumpul. “Ya... pupus deh harapan gue,” ucapnya dengan nada sedih, tapi rada melucu.
“Ya... maaf, Chel?” ucap Tera dengan senyuman.
“Kayaknya, gue mesti cari gebetan baru,” tambah Rachel sambil manyun. Tera sama Ganesh hanya tersenyum.
***
Bel pulang telah berbunyi beberapa menit yang lalu. Keadaan sekolah yang tadinya geger pun udah mereda. Dan kayaknya, semuanya udah kembali normal. Ganesh dan Tera pun udah nggak perlu sembunyi-sembunyian lagi untuk ketemu. Malahan, terlihat Ganesh sedang menunggu Tera di depan kelasnya.
“Tumben cepet?” ucap Ganesh yang keluar pertama dari kelasnya.
“Kan sekarang, nggak perlu sembunyi-sembunyian lagi,” balas Tera.
“Enakan kayak gini ya, jadi nggak perlu pulang ngaret lagi.”
“Itu semua gara-gara puisi,” ucap Tera sambil menuruni anak tangga. Ganesh hanya tersenyum. “O... iya, emang elo sering bikin puisi ya?”
“Nggak ah... kata siapa?” ucap Ganesh bohong.
“Udah nggak usah bohong, elo kan yang nulis sendiri di surat. Kalo elo suka banget bikin puisi,” goda Tera. Ganesh hanya menggelengkan kepalanya. “Jangan bohong deh...”
“Terserah lah, yang penting. Kita kan nggak main sembunyian-sembunyian lagi kan?!” ucapnya sambil tersenyum. Tera pun hanya membalas senyumannya.Memang, lebih bahagia kalo kita jujur dengan hidup kita, ucap Ganesh dalam hati.
- Cerpen Puisi Selesai -
0 komentar:
Posting Komentar